Minggu, 21 Juli 2013

Kisah Amah Bint Khalid (Ummu Khalid)

(Pemilik busana khamishah)

Suatu hari Nabi mendapat kiriman setumpuk pakaian. Satu diantaranya model khamishah (kain hitam yang kedua tepinya berhias bordiran sutra atau wol). Warnanya hitam dengan aksesoris warna kuning atau hijau. Dan ukurannya untuk anak-anak. Nabi bingung menentukan siapakah yang akan mendapatkan model itu, sebab banyak anak-anak di sekitar Nabi. Beliau kemudian bertanya kepada para sahabat, siapakah yang pantas mengenakan baju itu. Semua bergeming. Tak ada yang mengusulkan nama karena khawatir tidak cocok dengan kecenderungan Nabi.
Nabi kemudian teringat anak-anak sahabat-sahabat dekat beliau, terutama Khalid ibn Sa’id,orang kelima atau keenam yang memeluk islam, karenanya mendapat banayak siksaan dari orang-orang Quraisy, bahkan dari ayahnya sendiri, dan terpaksa ikut berhijrah ke Habsyah. Sahabat seperti Khalid tidak akan dilupakan Nabi. Beliau ingat Khalid mempunyai putrid kecil bernama Amah, tetapi oleh keluarganya dijuluki Ummu Khalid, sebagai ungkapan cinta mereka kepadanya. Sampai ia kemudian dikenal dengan julukan itu, meski masih seorang anak kecil. Ia lahir di Habsyah, dan menghabiskan tahun-tahun pertamanya di sana. Barangkali ia sudah belajar sedikit bahasa Habsyah.
“Coba bawa kemari Ummu Khalid!” kata Rasulullah.
Seseorang segera ke rumah Ummu Khalid dan menyampaikan kabar gembira bahwa Rasulullah memanggilnya. Itu anugerah besar. Sang ibu segera memakaikan baju kuning terbaik Ummu Khalid sehingga anaknya itu tampak cantik. Sang ayah kemudian membawanya kepada Rasulullah.
Rasulullah mencandai Ummu Khalid, lalu mengambil khamishah dan memakaikanyya kepada Ummu Khalid. Beliau tampak sangat senang. “Pakai sampai usang Ummu Khalid. Pakai sampai usang!” Ummu Khalid sangat senang diperlakukan begitu oleh Rasulullah. “Wah bagus sekali, Ummu Khalid!” kata Rasulullah sambilmenunjuk hiasan yang ada di khamishah. Beliau berbicara dengan Ummu Khalid menggunakan bahasa Habsyah. Beliau merangkulnya, sampai Ummu Khalid dapat melihatnya secara jelas tanda kenabian di punggung beliau. Ummu Khalid memandanginya bahkan memainkannya. Ayahnya kaget. Ia berusaha melarang. Tak semestinya anaknya tersebut bermain-main dengan tanda itu. Tetapi, “Biarkan saja!” Nabi. Beliau ingin memuliakan Ummu Khalid bermain-main dengan sesuatu yang menyenangkannya.[1]




[1] Dr. Nizar abazhah, Sahabat-sahabat Cilik Rasulullah, 2011,(Jakarta:Zaman).154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar