Analisis cerpen ini diajukan oleh saya dan teman-teman saya untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah apresiasi sastra Indonesia. Menganalisis cerpen tidaklah susah kalau kita sudah membaca cerpen yang akan kita analisis dengan cermat dan sudah kita hayati. Selain hal tersebut memahami dan mengetahui unsur intrisik juga diperlukan agar dapat dengan mudah menganalisis sebuah cerpen. Berikut adalah contoh analisis sebuah cerepen dengan judul "Akhirnya Aku Bisa Merasakan". dapatkan file/documentnya
Yuk intip koleksi mukena kami yang kece-kece Disini
Yuk intip koleksi mukena kami yang kece-kece Disini
ANALISIS CERPEN DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL
INTRINSIK
AKHIRNYA
AKU BISA MERASAKAN
Adit, itulah nama
panggilanku. Aku memiliki saudara kembar yaitu adib. Dia sangat cerdas dan
tanggap dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan aku, aku adalah kebalikan dari adib.
Sering kali aku dibanding-bandingkan dengan kelebihan adib.
Segalanya serba
adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan sedikitpun selain menyusahkan
orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi memberikan semangat bagi
kehidupanku, “Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa memandang orang lain
bicara apa, asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada sifat kesombongan dan
kecongkaan yang tertanam dalam jiwa adib, adikku.
Mama yang telah
melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi nafkah pada
keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada adib. Ini
merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar tak
kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.
Tetangga yang
biasanya tenteram dengan urusan mereka, kala ini merasa terundang untuk selalu
membicarakan dan membandingkan aku dengan adib. Setiap aku lewat, pastilah
lirikan yang tidak menyenagkan didapati olehku. Akan tetapi seketika adib
lewat, sapaan demi sapaan selalu tercurahkan. Aku hanya bisa mengelus dada saja
melihat fenomena ini.
Suatu ketika,
kejadian yang tidak diinginkan ditimpa oleh adib. Cairan bahan kimia mengenai
kedua matanya ketika praktik di sekolah. Akhirnya adib dilarikan ke rumah sakit
terdekat, guru-guru yang bersangkutan serta aku pun ikut ke rumah sakit
tersebut.
Setiba di rumah,
ternyata telah ada guru perwakilan dari sekolah yang melaporkan kejadian
tersebut pada orang tua kami. Belum sempat mencium tangan kedua orang tuaku,
mereka berdua langsung menuju ke rumah sakit tersebut. Sedangkan aku menjaga
rumah demi keselamatan bersama.
Akan tetapi,
seketika aku menyapu halamna rumah malah gunjingan dari tetangga yang ku dapat.
Mereka bilang “sudah adik sendiri terkena musibah, malah tidak kasihan dan
tidak dijaga”. Aku lagi-lagi hanya bisa mengelus dada mendengar celotehan para
tetangga.
Aku sangat sayang
pada orang tua dan adikku. Tugasku untuk menjaga adik telah aku selesaikan
walau hanya sebentar, sedangkan tugas rumah yang selalu dibebankan padaku belum
aku laksanakan, oleh karenanya aku pulang demi melaksanakan kewajibanku.
Setelah
mengerjakan urusan rumah, aku pun langsung mengunci seluruh isi rumah dan pergi
ke rumah sakit untuk menjenguk serta menjaga adib. Tapi seketika aku sampai di
rumah sakit tepatnya di depan pintu kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi
antara dokter dengan kedua orang tuaku.
Aku tak mengira
hal ini akan terjadi, keputusan yang membuat aku berat hati ini menjadikan aku
lebih tegang dan bahkan mengharukan dalam hidupku. Dokter memutuskan bahwa mata
adib tidak bisa diselamatkan kembali, tapi dapat diganti dengan bola mata lain
baru dia bisa pulih seperti sedia kala, itu pun jika operasi berhasil.
Orang tuaku siap
mengganti berapa pun biaya demi keselamatan adib, bahkan dengan mengganti bola
mata yang baru. Aku mengira bahwa orang tuaku akan menulis iklan dalam media
masa bahwa mereka butuh donor mata dengan nilai rupiah yang cukup tinggi.
Ternyata hal itu hanya mimpi belaka, keputusan orang tua yang dicurahkan
terhadap dokter adalah mengambil bola mataku untuk adib, sang juara keluarga.
Mengapa nasibku
sungguh malang. Aku mempunyai mimpi yang besar, akan tetapi hal ini apakah
tidak menghalangi mimpiku? Mata adalah salah satu organ yang sangat penting
adanya dan kegunaannya. Aku hanya bisa menangis sejenak melihat hal yang tak
terduga ini. Lagi-lagi aku hanya bisa bergumam dan meronta dalam hati serta
mengelus dada.
Tanpa basa-basi,
aku kembali ke rumah dan merenung di kamar. Tuhan sangat sayang padaku, dan aku
pun yakin atas hal tersebut. Aku berpikir, jika aku tak punya mata lagi apakah
aku bisa menangis? Biarlah, aku habiskan air mataku untuk adib, kebanggaan
semua orang. Mungkin dengan cara ini aku bisa mendapat pujian dari semua orang
yang kagum atas adib.
Keesokan harinya
pun operasi akan dilaksanakan, tanpa basa-basi malam sebelum operasi dilakukan
aku telah siap dan berbicara pada orang tuaku sebelum mereka bicara padaku. Aku
bisa merasakan ada air mata dari ayahku, tapi aku tidak bisa merasakan air mata
yang ada dalam mata mamaku, padahal yang akan aku sumbangkan untuk adib adalah
salah satu organ tubuh yang sangat ku sayangi.
Hari yang
ditunggu-tunggu pun datang. Ibu sangat senang dengan datangnya hari ini,
sedangkan aku sempat melihat di belakang sana ada ayahku yang dari sorotan
matanya ingin mengucapkan sesuatu padaku. Namun apa boleh buat, kini waktuku
untuk memberikan barang berhargaku untuk adikku.
Tinggal beberapa
menit lagi operasi akan dimulai, aku memanfaatkannya dengan memanggil ayah dan
ibuku. Aku hanya ingin memandang mereka dengan peka, karena mungkin ini akhir
aku melihat mereka yang telah berjasa dalam hidupku.
Aku sadar, aku tak
berarti apa-apa dalam keluarga ini. Tetapi setidaknya aku telah berbuat baik
kepada kedua orang tua dan selalu berpikiran positif dalam perjalanan hidupku serta
meyakini ada rahasia tuhan yang tersembunyi di balik peristiwa ini semua.
Tepat pukul 10.00
operasi dimulai, aku siap menghadapi alat-alat tajam yang akan mengambil
mataku. Aku tak sadarkan diri pada waktu itu, akan tetapi kala ini aku sadar
namun terasa ada yang hilang. Ya, kemewahan dan keindahan alam telah hilang
menurutku. Semua di dunia ini telah musnah pikirku. Tetapi aku salah, yang
telah hilang dari keindahan bukanlah dunia dan seisinya, melainkan kedua mataku
telah hinggap pada tempat bola mata adib berada dulu.
Kini mimpi-mimpiku
terasa telah terhapus, aku tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Yang
aku bisa kerjakan aku kerjakan, namun yang tak bisa ya aku tinggalkan. Dengan
kecacatan yang aku derita ini, aku memutuskan untuk tinggal di kejauhan sana
agar tidak membuat malu keluarga. Ayahku tidak setuju dengan pikiranku, namun
yang membuat aku tambah mengelus dada adalah kerelaan ibu yang begitu
memancarkan ketidaksayangannya dalam menyetujui keputusanku.
Ini adalah
jalanku, sebelum aku pergi jauh dan tinggal bersama orang-orang yang asing
pintaku hanya satu. Aku hanya ingin berbincang-bincang dengan keluarga sampai
larut malam.
Pagi harinya,
sebelum aku pergi. Aku memberikan secarik kertas untuk adib, yang sempat aku
tulis ketika malam terakhir aku memiliki mata yang sempurna. Aku tidak menulis
panjang lebar untuk adib, namun aku hanya menulis “Dik, Akhirnya aku bisa
merasakan ….. Akhirnya aku bisa merasakan sepertimu, selalu dipuji, dipandang
baik dan sempurna oleh seluruh orang. Akhirnya aku bisa merasakan sepertimu,
walau hanya sekedar kedua bola mataku”
Hasil analisis cerpen dengan
pendekatan struktural instrinsik
1.
Tema
Tema atau pokok
persoalan dalam cerpen Akhirnya Aku Bisa Merasakan adalah adanya dikriminasi
pada saudara kembar sehingga salah satu darinya merasa memperoleh
perlakuan yang tidak adil dari kedua
orangtuanya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu
memberi nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa
kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah,
biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.”
2. Alur/plot
Cerpen Akhirnya aku Bisa Merasakan”
diawali dengan pemaparan atau pemberian informasi kepada pembaca tentang latar
belakang tokoh si aku (adit). Tokoh utama, si aku menyebutkan namanya adalah
adit yang memiliki saudara kembar (adiknya) bernama adib. Namun adit selalu
dibandingkan dengan adib karena adib memiliki kelebihan dibanding adit. Hal ini
dapat kita baca pada kutipan berikut.
“Adit, itulah nama panggilanku. Aku memiliki saudara kembar yaitu adib.
Dia sangat cerdas dan tanggap dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan aku, aku
adalah kebalikan dari adib. Sering kali aku dibanding-bandingkan dengan
kelebihan adib.”
Tahap berikutnya disebut dengan munculnya
permasalahan.
3. Latar
/setting
Dalam cerpen biasanya terdapat
latar dan setting latar adalah tempat terjadinya suatu peritiwa sedangkan
setting adalah waktu dan suasana sebuah peristiwa dalam cerita sedang
berlangsung. Latar dalam cerita ada tiga macam, yakni: latar tempat, latar
waktu, latar social
·
Latar
tempat
Latar dalam cerpen di sini adalah di dalam
rumah, halaman depan rumah, dan di rumah sakit. Hal ini dapat kita buktikan
dengan adanyakutipan dibawah ini:
“Setiba di rumah, ternyata telah ada guru perwakilan dari sekolah yang
melaporkan kejadian tersebut pada orang tua kami. Belum sempat mencium tangan
kedua orang tuaku, mereka berdua langsung menuju ke rumah sakit tersebut.
Sedangkan aku menjaga rumah demi keselamatan bersama.”
Setelah mengerjakan urusan rumah, aku pun
langsung mengunci seluruh isi rumah dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk
serta menjaga adib. Tapi seketika aku sampai di rumah sakit tepatnya di depan
pintu kamar adib dirawat, aku mendengar diskusi antara dokter dengan kedua
orang tuaku.
·
Latar
Waktu
Latar waktu yang terjadi pada cerita ini adalah
banyak sekali yakni, pagi, siang dan sore. hal tersebut seuai dengan kutipan
dibawah ini.
“Tepat pukul 10.00 operasi dimulai, aku siap menghadapi alat-alat tajam
yang akan mengambil mataku.”
“Akan tetapi, seketika aku menyapu halaman rumah
malah gunjingan dari tetangga yang ku dapat. Mereka bilang “sudah adik sendiri
terkena musibah, malah tidak kasihan dan tidak dijaga”. Aku lagi-lagi hanya
bisa mengelus dada mendengar celotehan para tetangga.”
·
Latar
Sosial
Latar social ini menggambarkan tentang
kebiasaan dan keadaan masyarakat di tengah para tokoh dalam cerita. Dalam
cerpen ini latar social digambarkan sebagai berikut.
“Tetangga yang biasanya tenteram dengan urusan mereka, kala ini merasa
terundang untuk selalu membicarakan dan membandingkan aku dengan adib. Setiap
aku lewat, pastilah lirikan yang tidak menyenagkan didapati olehku. Akan tetapi
seketika adib lewat, sapaan demi sapaan selalu tercurahkan. Aku hanya bisa
mengelus dada saja melihat fenomena ini.”
4.
Penokohan
Berikut adalah para
tokoh dalam cerpen beserta wataknya.
·
Tokoh aku
Tokoh aku dalam cerpen
memiliki watak yang baik, pengertian dan sabar. Hal tersebut sesuai dengan
kutipan berikut ini:
“Mama
yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu memberi
nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa kepada
adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah, biar
tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.’
·
Tokoh Adib
tokoh adib atau sadara
kembar si aku ini adalah memiliki watak yang baik, pintar dan selalu memberi semangat pada kakaknya (si
aku adit). Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut.
“Segalanya serba adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan
sedikitpun selain menyusahkan orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi
memberikan semangat bagi kehidupanku, “Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa
memandang orang lain bicara apa, asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada
sifat kesombongan dan kecongkaan yang tertanam dalam jiwa adib, adikku.”
·
Tokoh Ibu
Tokoh ibu dalam cerpen
diatas memiliki watak yang jahat dan mempunyai sifat diskriminasi terhadap anak
kandungnnya sendiri. Sang ibu sangat senang ketika adit memberikan matanya
kepada adiknya, Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.
“Hari
yang ditunggu-tunggu pun datang. Ibu sangat senang dengan datangnya hari ini,
sedangkan aku sempat melihat di belakang sana ada ayahku yang dari sorotan
matanya ingin mengucapkan sesuatu padaku. Namun apa boleh buat, kini waktuku
untuk memberikan barang berhargaku untuk adikku.”
“Segalanya serba adib, aku sendiri serasa tidak ada keunggulan
sedikitpun selain menyusahkan orang di sekitarku. Adib selalu berucap demi
memberikan semangat bagi kehidupanku, “Kak, lakukanlah semua itu dengan tanpa
memandang orang lain bicara apa, asalkan yang kau lakukan benar”. Tidak ada
sifat kesombongan dan kecongkaan yang tertanam dalam jiwa adib, adikku.
·
Tokoh Ayah
Tokoh ayah pada cerpen
diatas memiliki watak yang jahat pula, tapi suatu saat juga terkadang baik. Hal
ini terbukti dengan adanya kutipan berikut.
“Mama yang telah melahirkanku pun lebih mencintai adib, ayah yang selalu
memberi nafkah pada keluarga kami pun memberi oleh-oleh yang lebih istimewa
kepada adib. Ini merupakan deskriminasi yang berlebihan menurutku. Ya sudahlah,
biar tak kepanjangan pikirku, aku positif saja dengan kehidupanku.”
“Kini mimpi-mimpiku terasa telah terhapus, aku tak bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya. Yang aku bisa kerjakan aku kerjakan, namun yang tak
bisa ya aku tinggalkan. Dengan kecacatan yang aku derita ini, aku memutuskan
untuk tinggal di kejauhan sana agar tidak membuat malu keluarga. Ayahku tidak
setuju dengan pikiranku, namun yang membuat aku tambah mengelus dada adalah
kerelaan ibu yang begitu memancarkan ketidaksayangannya dalam menyetujui
keputusanku.”
5.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang
digunakan oleh pengarang pada cerpen diatas adalah dengan menggunakan gaya
bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, sehingga pembaca cerpen ini dapat
meresapi, menghayati dan memahami cerita dengan mudah.
6.
Sudut
Pandang
Dalam cerpen Akhirnya
Aku Bisa Merasakan pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yakni aku.
Pengarang mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri pula.
Dalam cerita kadang kala pengarang menjadi pencerita. Dalam cerpen pengarang
menggunakan kata ganti aku
7. Pesan
atau Amanat
Pesan atau amanat yang
terkandung dalam cerpen diatas adalah:
· Sebagai orang tua seharusnya tidak boleh
memperlakukan seorang anak dengan cara tidak adil
· Sebagai orang tua harus menerima
kelebihan dan kekurangan dari sosok seorang anak yang dilahirkan dari rahim
seorang ibu kandung
· Sesama saudara harus saling memberi
semangat dan saling tolong menolong
· Sesama anggota keluarga harus saling
manghormati dan tolong menolong serta bekerja sama dalam mengadpi suatu
permaslahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar