Suatu hari, Nabi mendapat kiriman
setumpuk pakaian. Satu diantaranya model Khamishah.[1] Warnanya
hitam dengan aksesoris warna kuning atau hijau. Dan ukurannya untuk anak-anak. Nabi
bingung menentukan siapakah yang akan mendapatkan model itu, sebab banyak
anak-anak di sekitar Nabi. Beliau kemudian bertanya kepada para sahabat,
siapakh yang pantas mengenakan baju itu. Semua bergeming. Tak ada yang
mengusulkan nama karena khawatir tidak cocok dengan kecenderungan Nabi.
Kemudian Nabi teingat anak-anak
sahabat-sahabat terdekat beliau, terutama Khalid ibn Sa’id, orang kelima atau
keenam ang memeluk islam, karenya banyak mendapat siksaan dari orang-orang
uraisy, bahkan dari ayahnya sendiri, dan tepaksa ikut behijrah ke Habsyah. Sahabat
seperti Khalid tidak akan dilupakan
Nabi. Beliau ingat Khalid mempunyai putrid kecil bernama Amah, tetapi oleh
keluarganya dijuuki Ummu Khalid, sebagai ungkapan cinta mereka padanya. Sampai kemudian
ia dikenal dengan julukan itu, meski
masih kecil. Ia lahir di Habsyah, dan menghabiskan tahun-tahun pertamanya di
sana. Barangkali ia sudah belajar sedikit bahasa Habsyah.
“Coba bawa kemari Ummu Khalid!” kata
Rasulullah.
Seseorang segera ke rumah Ummu
Khalid, lalu mengambil khamisah dan memakaikan kepada Ummu Khalid. Beliau tampak
sangat senang. “Pakai sampai usang, Ummu Khalid. Pakai sampai usang!” Ummu Khalid
sangat senang diperlakukan begitu oleh Rasulullah. “Wah, bagus sekali, Ummu
Khalid!” kata Rasulullah sambil menunjuk hiasan yang ada di khamisah. Beliau berbicara
dengan Ummu Khalid menggunakan bahasa Habsyah. Beliau merangkulnya, sampai Ummu
Khalid dapat melihat secara jelas tanda kenabian di punggung beliau. Ummu Khalid
memandanginya, bahkan memainkannya. Ayahnya kaget. Ia berusaha melarang. Tak semestinya
anak tersebut bermain-bermain dengan tanda itu. Tetapi, “Biarkan saja!” kata
Nabi. Beliau ingin memuliakan Khalid dengan membiarkan Ummu Khalid bermain-main
dengan sesuatu yang menyenangkan.[2]
Kisah ini diambil dari "Sahabat-sahabat Cilik Rasulullah"