Abdullah ibn Umar termasuk
salah seorang anak kesayangan Nabi. Lahir di Makkah. Tumbuh menjadi anak yang
cerdas dan memiliki sikap hati-hati. Sudah memeluk Islam sebelum balig. Turut
berhijrah ke Madinah bersama sang ayah, Umar ibn Khattab. Akhlaknya adalah
pancaran cahaya kenabian.
Nabi melarangnya bergabung
dalam pasukan perang Badar karena dinilai masih kecil. Demikian juga dengan
perang Uhud. Ia baru diizinkan menjadi tentara ketika terjadiperang Khandaq. Ia
bersama Aus ibn Arabah, dan Rafi’ ibn Khudaij berada dalam satu pasukan.
Pada usianya yang masih
belia, Abdullah ibn Umar sudah berabung dalam majelis Rasulullah. Ia sudah
mampu memahami sabda-sabda beliau. Dalam suatu majelis, Rasulullah melontarkan
pertanyaan kepada mereka, “Diantara banyak pohon ada satu yang daunnya tak
jatuh.ia adalah seorang muslim. Pohon apa itu?”
Semua yang ada hadir di situ
berpikir. Satu sama lain saling bertanya. Merekamenyebutkan setiap nama pohon
yang tumbuh di gururn pasir, tetapi tak satu pun yang benar. sampai akhirnya
mereka meneyerah. “Wahai Rasulullah, katakana saja kepada kami pohon apa itu?”
“Pohon kurma”, jawab beliau.
“Pohon itu selalu hijau, buahnya manis, batangnya tegap, dan akarnya kokoh.”
Sebetulnya, dalam hati, Abdullah
ibn Umaringin menjawab itu, tetapi ia ragu. Lagipula ia segan menjawabnya di
tengah para pembesar sahabat. Ia berbisik kepada ayahnya bahwa dalam hati ia
sebenarnya menjawab seperti itu.
Umar bahagia mendengar
bisikan anaknya itu. Tetapi ia menyayangkan kenapa Abdullah tidak
mengatakannya, sehingga Rasulullah akan mendo’akannya. “Aku lebih senang
seandainya kau mengatakannya langsung kepada Rasulullah,” kata Umar.[1]
Nabi tahu jika Abdullah ibn
Umar berbakat menjadi ulama. Beliau membanggakannya. Dialah putra Umar ibn
Al-Khattab, salah seorang sahabat dan menteri beliau, dan dia juga saudara
Hafshah, salah satu istri beliau. Nabi mengerahkan perkembangan Ibn Umar secara
khusus. Beliau berbicara kepadanya sebagaimana beliau dapat membawa kebaikan
bagi dirinya maupun umat. Ibnu Umar pernah mengatakan, “Rasulullah memegang
pundakku sambil sedikit menggerak-gerakkan, seolah meminta agar aku
memperhatikan. Lalu beliau berkata, “Wahai Abdullah, jadilah seolah orang asing
atau seorang musafir di dunia ini. Dan anggaplah dirimu sebagai ahli kubur.”[2]
Abdullah ingat betulpesan
Nabi itu, menyampaikannya kepada orang lain dan mengamalkannya, meski
sebenarnya ia masih di bawah umur.
Nabi memberi kesaksian
kesalehan Ibn Umar setelah ia sedikit lebih besar, pada masa akhir
kanak-kananknya. Beliau berkata kepada Hafshah, “Saudaramu itu, Abdullah,
laki-laki saleh. Andai saja ia mau bangun malam …..”[3]
Kata-kata itu sampai ke telinga Ibn Umar.
Iapun kemudian bertekad untuk melaksanakan shalat tahajud secara istiqamah.
Dan, itulah yang terjadi hingga akhir hayatnya.
Banyak yang mengatakan bahwa
Abdullah ibn Umar adalah pakar tata cara haji. Ia meriwayatkan sebanyak 2.630
hadis Rasulullah. Ia seorang pemberanni dan bersuara lantang. Selama enam puluh
tahun, ia dikenal sebagai mufti terdepan dalam islam, bahkan sejak ia masih
kecil.
Abdullah ibn Umar hidup
sampai pada satu masa yang tak ada duanya. Ia meninggal di Makkah, dan menjadi
sahabat terkhir yang meninggal di sana.
Kisah di atas diambil dari buku yang berjudul sahabat-sahabat cilik Rasulullah yang ditulis oleh Dr. Nizar Abazhah. dalam buku tersebut digambarkan bagaimana Rasulullah saw. hidup dan bergaul dengan anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar