Minggu, 21 Juli 2013

Kisah Abdullah Ibn Umar (Pakar tata cara haji)


Abdullah ibn Umar termasuk salah seorang anak kesayangan Nabi. Lahir di Makkah. Tumbuh menjadi anak yang cerdas dan memiliki sikap hati-hati. Sudah memeluk Islam sebelum balig. Turut berhijrah ke Madinah bersama sang ayah, Umar ibn Khattab. Akhlaknya adalah pancaran cahaya kenabian.
Nabi melarangnya bergabung dalam pasukan perang Badar karena dinilai masih kecil. Demikian juga dengan perang Uhud. Ia baru diizinkan menjadi tentara ketika terjadiperang Khandaq. Ia bersama Aus ibn Arabah, dan Rafi’ ibn Khudaij berada dalam satu pasukan.
Pada usianya yang masih belia, Abdullah ibn Umar sudah berabung dalam majelis Rasulullah. Ia sudah mampu memahami sabda-sabda beliau. Dalam suatu majelis, Rasulullah melontarkan pertanyaan kepada mereka, “Diantara banyak pohon ada satu yang daunnya tak jatuh.ia adalah seorang muslim. Pohon apa itu?”
Semua yang ada hadir di situ berpikir. Satu sama lain saling bertanya. Merekamenyebutkan setiap nama pohon yang tumbuh di gururn pasir, tetapi tak satu pun yang benar. sampai akhirnya mereka meneyerah. “Wahai Rasulullah, katakana saja kepada kami pohon apa itu?”
“Pohon kurma”, jawab beliau. “Pohon itu selalu hijau, buahnya manis, batangnya tegap, dan akarnya kokoh.”
Sebetulnya, dalam hati, Abdullah ibn Umaringin menjawab itu, tetapi ia ragu. Lagipula ia segan menjawabnya di tengah para pembesar sahabat. Ia berbisik kepada ayahnya bahwa dalam hati ia sebenarnya menjawab seperti itu.
Umar bahagia mendengar bisikan anaknya itu. Tetapi ia menyayangkan kenapa Abdullah tidak mengatakannya, sehingga Rasulullah akan mendo’akannya. “Aku lebih senang seandainya kau mengatakannya langsung kepada Rasulullah,” kata Umar.[1]
Nabi tahu jika Abdullah ibn Umar berbakat menjadi ulama. Beliau membanggakannya. Dialah putra Umar ibn Al-Khattab, salah seorang sahabat dan menteri beliau, dan dia juga saudara Hafshah, salah satu istri beliau. Nabi mengerahkan perkembangan Ibn Umar secara khusus. Beliau berbicara kepadanya sebagaimana beliau dapat membawa kebaikan bagi dirinya maupun umat. Ibnu Umar pernah mengatakan, “Rasulullah memegang pundakku sambil sedikit menggerak-gerakkan, seolah meminta agar aku memperhatikan. Lalu beliau berkata, “Wahai Abdullah, jadilah seolah orang asing atau seorang musafir di dunia ini. Dan anggaplah dirimu sebagai ahli kubur.”[2]
Abdullah ingat betulpesan Nabi itu, menyampaikannya kepada orang lain dan mengamalkannya, meski sebenarnya ia masih di bawah umur.
Nabi memberi kesaksian kesalehan Ibn Umar setelah ia sedikit lebih besar, pada masa akhir kanak-kananknya. Beliau berkata kepada Hafshah, “Saudaramu itu, Abdullah, laki-laki saleh. Andai saja ia mau bangun malam …..”[3]
 Kata-kata itu sampai ke telinga Ibn Umar. Iapun kemudian bertekad untuk melaksanakan shalat tahajud secara istiqamah. Dan, itulah yang terjadi hingga akhir hayatnya.
Banyak yang mengatakan bahwa Abdullah ibn Umar adalah pakar tata cara haji. Ia meriwayatkan sebanyak 2.630 hadis Rasulullah. Ia seorang pemberanni dan bersuara lantang. Selama enam puluh tahun, ia dikenal sebagai mufti terdepan dalam islam, bahkan sejak ia masih kecil.
Abdullah ibn Umar hidup sampai pada satu masa yang tak ada duanya. Ia meninggal di Makkah, dan menjadi sahabat terkhir yang meninggal di sana.
      Kisah di atas diambil dari buku yang berjudul sahabat-sahabat cilik Rasulullah yang ditulis oleh Dr. Nizar Abazhah. dalam buku tersebut digambarkan bagaimana Rasulullah saw. hidup dan bergaul dengan anak-anak. 




[1] HR. Bukhari , 61, Muslim, 2811.
[2] HR Bukhari dalam bab “al-Raqaiq”, dan Tirmidzi, 2334.
[3] HR Bukhari dan Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar