Sabtu, 02 November 2013

Kisah Laila Al-Ghifariyah (Pejuang Cilik Pemilik Kalung)

Saat melewati kabilah Ghifar menuju Khaibar di utara Madinah, Nabi dan pasukan disambut kaum wanita dari anak-anak hinggar orang tua. Mereka berdesak-desakan mengikuti prajurit untuk menawarkan bantuan, barangkali ada yang membutuhkan air, amkanan atau bahkan pengobatan.
Diantara wanita-wanita itu terdapat anak perempuan yang baru menginjak remaja. Namanya Laila. cerdas dan penuh semangat. Membuat Nabi takjub, dan kasihan karena ia masih kecil dan bejalan kaki. Beliau kemudian menaikkannya ke unta beliau.
Nabi berhenti dan menderumkan unta. Lailaikut turun. Tahu-tahu ada darah di pelana yang diduduki gadis itu. Laila sangat malu. Ia kembali menaiki unta itu untuk menutupi darah haidnya yang pertama itu agar tak telihat Nabi.
"Ada apa denganmu? kamu haid?" tanya beliau lembut.
Laila tertunduk dan salah tingkah. Sambil malu-malu ia menjawab, "Ya."
Nabi tidak risih dan tidak gusar.
"Bersihkan dirimu, ambil air satu bejana, bei garam, lalu bersihkan pelana yang terkena darah. Setelah itu kembalilah ke tempat dudukmu semula," kata Nabi.
Nabi tetap bersikap tenang, membiarkan Laila bersama beliau untuk membuktikan bahwa ia istimewa diantara kaum wanita.

Nabi berhasil menundukkan Khaibar dan pulang dengan membawa sejumlah harta ganimah, dan memberikan sebagiannya kepada kaum wanita Ghifar. Laila mendapat seuntai kalung. Beliau sendiri yang mengalungkan ke lehernya, bukti bahwa beliau mencintai, menghormati dan meberi semangat kepada gadis itu. Bagi Laila, bukan kalung indah itu yang membuatnya bahagia, melainkan sikap beliau yang luar biasa kepadanya. Laila tak pernah melepaskan kalung agar tidak hilang. Dan setiap bersuci dari haid, ia tidak pernah lupa mencampur air bersuci itu dengan garam.

Laila terus tumbuh dewasa. Ia mengabdi kepada Islam dengan kemampuan yang bisa ia berikan. Ketika dalam keadaan sekarat, ia berwasiat agar setelah meningal ia dimandikan dengan air campuran garam, dan kalung pemberian Nabi itu dikuburkan bersamanya.[1]

Kisah ini diambil dari "SAhabat-sahabat cilik Rasulullah" 


Yuk intip koleksi mukena kami yang kece-kece Disini




[1] Sirah Ibn Hisyam dalam uraian tentang peristiwa perang Khaibar
readmore »»  

Kisah Rafi' Ibn Amr (Pemuda Kurma)

Pemduduk Madinah sangat menyukai kurma. Mereka akan menjaga dan merawat sampai masa panen. Mereka tidak akan tenang sampai kurma-kurma tersebut laku tejual, dan mereka dapat menikmati hasil jerih payah  mereka.
para petani pernah dibuat resah oleh ulah orangyang merusak kurma-kurma mereka. mereka tidak tahu siapa pelakunya. mereka kemudian menyelidiki. Seluruh sisi kebun disisir, dan behasil. Terlihat anak kecil yang tampak sehat dan kuat. Ia melempari tandan dengan batu hingga kurma bejatuhan, lalu memakannya.
Tapi akhirnya mereka justru kasihan kepada anak kecil itu. Mereka kemudian mengadukan anak itu kepada Rasulullah.
Rasulullah segera menuju ke tempat anak itu berada.Para pemilik kebun mengikuti. Mereka penasaran siapa anak itu. Beliau mendekati anak itu dan mengajaknya bicara.
"Kenapa kau melempari kurma itu?" tanya Nabi
"aku ingin makan," Jawabnya.
Beliau menasehatinya dengan lembut jika Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan perusakan. Beliau tahu betapa anak itu menginginkan kurma itu karena lapar yang tak tetahankan. Namun, beliau tetap mengingatkan, "Jangan melempari kurma. Tapi kau boleh mengambil yang sudah jatuh (bukan karena dilempar)."
Nabi kemudian mengusap kepala anak itu dengan lembut, lalu mendo'akannya, "Ya Allah, jadikan perutnya kenyang!."[1]
Anak kecil itu bernama Rafi' Ibn Amr yang kelak akan ikut serta dalam berbagai misi penaklukan. Akhirnya ia menetap di Basrah.
Rafi' Ibn Amr meriwayatkan hadis "Sepeninggalku akan muncul kaum yang membaca Al-Qur'an hanya sampai tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah lepas dari busurnya."[2]

Kisah ini diambil dari "Sahabat-sahabat kecil Rasulullah" yang ditulis oleh Dr. Nizar Abazhah




[1] HR. Tirmidzi, 128, Ibn Majah, 2299, dan Abu Dawud, 2622
[2] Asad al-Ghabah, Biografi nomor 1590.
readmore »»